"Doa yang Berbelok, Tapi Tidak Pernah Hilang Arah"


Dulu, aku pernah menaruh cita-cita di langit tinggi bernama Farmasi UNAIR. Dari SMP hingga awal kelas 12, mimpi itu kugenggam erat, kusematkan dalam tiap doa malam, kuletakkan di altar harapan. Tapi takdir, seperti angin yang tak bisa ditebak, tiba-tiba mengubah arah layar perahu mimpiku.

Menjelang pendaftaran SNBP, mama—pelita hidupku—mengatakan tidak pada Surabaya. Baginya, kota itu terlalu keras, terlalu padat, terlalu asing untuk anak perempuannya. Aku bimbang, di tengah sempitnya daya tampung dan ketatnya persaingan, rasa takut gagal menjalar dalam pikiranku. Bukan hanya takut tak diterima, tapi lebih takut melihat kekecewaan di mata mama.

Akhirnya aku memilih jurusan Gizi di Universitas Jember. Mungkin bukan tempat semula yang kudoakan, tapi tetap jalan yang Tuhan bukakan. Meski ada sedikit getir karena farmasi dan UNAIR tak bisa kudekap, aku belajar bahwa tidak semua mimpi harus dicapai dengan berlari. Kadang, kita perlu berjalan perlahan di jalan yang berbeda, sambil tetap membawa semangat yang sama.

Kini, aku sedang menanam harapan baru di tanah yang belum kukenal. Semoga dari sini, aku tetap bisa tumbuh, tetap bisa membahagiakan mama—walau bukan di tempat yang dulu kuimpi, tapi di tempat yang Allah pilihkan. Dan aku belajar, bahwa ikhlas bukan berarti melupakan, tapi percaya bahwa yang terbaik tak selalu datang dari keinginan, melainkan dari petunjuk Tuhan.

#KataGlowvy #Inspirestories

Komentar